TERAPI
AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
PENYALURAN
ENERGI
A. Latar
Belakang
Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa atau ruang
jiwa umumnya dengan keluhan tidak dapat diatur dirumah, misalnya amuk, diam
saja,tidak mandi, keluyuran, mengganggu orang lain dan sebagainya. Setelah berada
dan dirawat di rumah sakit, hal yang sama sering terjadi banyak klien diam,
menyendiri tanpa ada kegiatan. Hari-hari perawatan dilalui dengan makan, minum
obat dan tidur.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah sosialisasi
(TAKS) adalah upaya memfalisitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial. Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi
secara kontruktif dimana memungkinkan penembangan pola – pola penyaluran energi
seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa
menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan.
B. Topik
Terapi aktivitas
kelompok individu perilaku kekerasan dengan penyaluran energi yaitu olahraga
senam SKJ (Azizah,2011:67)
C. Tujuan
a. Tujuan
umum
Setelah dilakukan terapi aktivitas
kelompok (TAK) penyaluran energi dengan topik senam, diharapkan pasien dapat
menjalin kerjasama dengan pasien lain dan mampu mengontrol emosi.
b. Tujuan
Khusus :
1.
Klien mampu melatih
gerak tubuh
2.
Klien mampu melatih
konsentrasi dan meminimalkan penggunaan energi serta emosional untuk aktifitas
3.
Klien ammpu
mengeluarkan energi untuk melakukan kegiatan positif
4.
Klien mampu fokus
mencontoh gerakan senam yang diajarkan perawat dan fasilitator
5.
Klien mampu
menyelaraskan dan menyeimbangkan emosi dengan melakukan kegiatan positif.
(Azizah, 2011: 68)
D. Landasan
Teori
1. Pengertaian
perilaku kekerasan
Perilaku destruktif-diri yaitu
setiap aktifitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian.
Perilaku destruktif-diri langsung mencakup setiap bentuk aktifitas bunuh diri.
Perilaku kekerasan adalah perilaku
individu yang dapat membahayakan orang, diri sendiri baik secara fisik,
emosional dan seksualitas. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu
bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis. (Magdalena,2015:8)
2. Faktor
yang melatar belakangi terjadinya prilaku kekerasan
Merupakan dampak dari berbagai
pengalaman yang dialami tiap orang, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak
terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut oleh individu.
a. Psikologis
(kejiwaan), Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul aggresif atau amuk. Masa kanakkanak yang tidak menyenangkan yaitu
perasaan ditolak, dihina, dianiaya. Atau saksi penganiayaan.
b. Perilaku
reinforcement (penguatan/dukungan), yang diterima pada saat melakukan kekerasan
sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial
budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) da kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
d. Bioneurologis,
banyak pendapat bahwa kerusakan sistem persarafan ditolak turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan (Magdalena:2015:8)
3. Faktor
Penyebab
a. Faktor
predisposisi Berbagai pengalaman yang dialami, tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:
1) Psikologis,
kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul
agresif atau amuk
2) Perilaku,
reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan sering mengobservasi
kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu
mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Sosial
budaya, budaya tertutup dan membahas secara diam (pasif agresif) dankontrol
sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakans eolah-olah
perilaku kekerasan diterima
4) Bioneorologis,
banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus prontal, lobus temporal,
dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya
kekerasan
b. Faktor
Presipitasi
Faktor presipitas dapat bersumber
dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain, kondisi klien dengan
kelemahan fisik, keputus asaan, ketidak berdayaan, percaya diri kurang jadi
penyebab perilaku kekerasan. Demikian juga dengan situasi lingkungan yang
ribut, padat, kritikan yang berakhir pada hinaan, kehilangan orang yang
dicintai, atau pekerjaan, dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain.
4. Tanda
dan gejala
Muka merah, pandangan tajam, otot
tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering pula klien memksakan kehendak,
merampas makanan, memukul bila tidak senang. Wawancara diarahakan pada penyebab
marah,perasaan marah, tanda-tanda marahyang dirasakan oleh sesorang.
(Magdalena,2015:9)
5. Rentang
Respon Perilaku Kekerasan.
a. Marah
merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan,
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. Kemarahan atau
rasa tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan tampa menyakiti orang lain
akan memberikan kelegaan dan tidak menimbulkan masalah. Kegagalan yang
menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau
respon melawan dan menentang.
b. Frustasi
adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan.
c. Pasif
adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan
yang sedang dialami untuk menghindari, suatu tuntutan nyata.
d. Agresif
adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak
dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol.
e. Amuk
atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertaikehilangan
kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
f. Bunuh
diri.(Magdalena:2015:9)
6. Tanda
Ancaman Kekerasan
a. Tindakan
kekerasan belum lama, termasuk kekerasan terhadap barang milik.
b. Ancaman
verbal atau fisik.
c. Membawa
benda atau senjata lain yang dapat digunakan sebagai senjata.
d. Agitasi
psikomotor progresif
e. Intoksikasi
alkohol atau zat lain
f. Ciri
paranoid pada pasien psikotik
g. Halusinasi
pendengaran dengan prilakukekerasan tetapi tidak semua pasien berada pada
resiko tinggi
h. Penyakit
otak
i.
Kata tonik
j.
Episode masih tertentu
k. Episod
depresif
l.
Gangguan kepribadian.
(Magdalena,2015:10)
7. Perilaku
bunuh diri
Dalam pengkajian bunuh diri, lebih
ditekankan pada letalitas dari metode yang mengancam atau digunakan. Orang yang
siap bunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak
kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai alat untuk melakukan bunuh
diri. Perilaku bunuh diri biasanya dibagi tiga:
1. Ancaman
bunuh diri : Pernyataan verbal dan non verbal bila seseorang mempertimbangkan
untuk bunuh diri.
2. Upaya
bunuh diri: semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu
yang dapat memyebabkan kematian, jika tidak di cegah.
3. Bunuh
diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan .
Seperlima dari percobaan bunuh diri
tidak dapat di antisipasi sekalipun dengan kemajuan pengetahuan saat ini, prediksi
yang akurat masih sulit diperoleh, kemungkinan bunuh diri dapat terjadi
apabila:
1. Pasien
pernah mencobah bunuh diri (terlihat di ruang gawat darurat,bangsal perawatan.
2. Keinginan
bunuh diri dinyatakan secara terang-terangan. Maupun tidak atau berupa ancaman”
kamu tidak saya ganggu lebih lama lagi” terhadap keluarga.
3. Secara
objektif terlihat adanya mood yang depresi atau cemas.
4. Baru
mengalami kehilangan yang bermakna
5. Perubahan
Perilaku yang tidak terduga: menyampaikan pesan-pesan,berbicara serius dan
mendalam.
6. Perubahan
sikap yang mendadak : tiba-tiba gembira, marah atau menarik diri
Terapi aktivitas kelompok (TAK) :
penyaluran energy (perilaku kekerasan) adalah upaya untuk memfasilitasi klien
dengan gangguan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal mengontrol
emosinya danmenyalurkan energinya untuk kegiatan positif. Dalam hal ini
penyaluran energinya adalah senam. (Magdalena:10)
E. Kriteria
anggota kelompok
1. Klien
yang tidak terlalu gelisah
2. Klien
yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya terapiaktifitas
kelompok
3. Klien
tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalamkelompok kecil
4. Klien
tenang dan kooperatif
5. Kondisi
fisik dalam keadaan baik
6. Mau
mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompik. (Azizah,2011)
F.
Proses Seleksi
1. Berdasarkan
observasi prilaku sehari– hari klien yang dikelola oleh perawat,yaitu:
a. Klien
yang tidak terlalu gelisah
b. Klien
yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya terapi aktifitas
kelompok
c. Klien
tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam kelompok
kecil
d. Klien
tenang dan kooperatif
e. Kondisi
fisik dalam keadaan baik
f. Mau
mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok
2. Berdasarkan
informasi dan diskusi dengan tim perawat mengenai prilaku klien dengan amuk.
3. Melakukan
kontak mata pada klien untuk mengikuti aktivitas yang akan dilakukan.
4. Mengidentifikasi
klien yang masuk kriteria.
5. Mengumpulkan
klien yang masuk kriteria. Membuat kontrak dengan klien untuk mengikuti TAK :
menjelaskan tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main
dalam kelompok. (Azizah,2011)
G. Setting
1.
Atur posisi pasien
dalam barisan
2.
Hidupkan kaset
3.
Motivasi klien untuk
mengikuti gerakan senam seperti yang dicontohkan instruktur senam.
H. PENGORGANISASIAN
1. L
: Leader
a.
Membuka acara TAK
b.
Menjelaskan maksud dan
tujuan pelaksanaan TAK
c.
Memotivasi
anggota/klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
d.
Mengatasi masalah yang
mungkin timbul dalam kelompok.
e.
Menjelaskan permainan
2. CO
: Co Leader
a. Membantu
leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
b. Mengingatkan
leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
c. Membantu
memimpin jalannya kegiatan.
d. Menggantikan
leader jika terhalang tugas.
3. F
: Fasilitator
a. Memotivasi
pasien yang kurang/tidak aktif dalam kegiatan senam.
4. O
: Observer
a. Mengamati
lamanya proses kegiatan sebagai acuan untukmengevaluasi.
b. Mengamati
jalannya kegiatan, kekurangan dan kelebihan sesuaidengan tujuan.
c. Mencatat
perilaku verbal/non verbal pasien selama berlangsungnyakegiatan dan laporkan
pada leader.
5. T
: Teknisi
a. Mengatur
alur permainan ( menghidupkan dan mematikan musik )
b. Timer
( mengatur waktu )
6. P
: Pasien
a. Mengikuti
alur permainan
I.
Antisipasi Masalah
1. Klien
yang tidak aktif saat aktifitas kelompok penanganannya adalah dengan memberikan
motivasi oleh fasilitator.
2. Bila
klien meninggalkan permainan tanpa ijin, panggil nama klien tanyakan alasan
klien meninggalkan permainan, berikan motivasi agarklien kembali mengikuti permainan.
3. Klien
lain yang ingin mengikuti permainan, beri penjelasan pada klien tersebut bahwa
permainan ini ditujukan pada klien yang dipilih,katakan pada klien lain
tersebut bahwa akan ada waktu khusus untuk mereka.
J.
Jadwal Pelaksanaan
Hari/
tanggal
|
Jam
|
Jenis
TAK
|
Leader
|
CO
Leader
|
Fasilitator
|
Observer
|
Teknisi
|
|
07.30
– 08.15
|
TAK
penyalura n energi : senam kesegaran jasmani
|
L
: 1
|
C
: 1
|
F
: 1
|
O
: 1
|
T
: 1
|
|
|
|
|
|
F
: 2
|
O
: 2
|
|
|
|
|
|
|
F
: 3
|
O
: 3
|
|
|
|
|
|
|
F
: 4
|
|
|
|
|
|
|
|
F
: 5
|
|
|
|
|
|
|
|
F
: 6
|
|
|
|
|
|
|
|
F
: 7
|
|
|
|
|
|
|
|
F
: 8
|
|
|
|
|
|
|
|
F
: 9
|
|
|
|
|
|
|
|
F
: 10
|
|
|
K. Alat
a. Tape
Recorder
b. Kaset
c. Peluit
d. Jadwal
kegiatan pasien
L. Metode
Metode yang
digunakan adalah demonstrasi kelompok
M. Langkah
Kegiatan
1. Persiapan
a.
Mengumpulkan semua
klien yang terjadwal ikut senam
b.
Membuat kontrak dengan
klien.
c.
Mempersiapkan alat dan
tempat pertemuan.
2. Kriteria
klien :
a.
Klien perilaku
kekerasan yang telah dapat mengekspresikan marahnya secara
konstruktif
b.
Klien dapat berhubungan
dengan orang lain secara
bertahap
c.
Klien sehat secara
fisik
3. Alat/media
:
a. Tape
recorder
b. Kaset
c. Peluit
d. Jadwal
kegiatan pasien
4. Fase
Orientasi
a. Salam
terapeutik
1)
Salam dari instruktur
senam pada klien
2)
Perkenalkan nama dan
panggilan instruktur senam
3)
Menanyakan beberapa
nama dan panggilan klien yang ikut serta teman.
b. Evaluasi/Validasi
1)
Menanyakan perasaan
klien
2)
Menanyakan masalah yang
dirasakan
c. Kontrak
1)
Waktu 45 menit
2)
Tempat : ruang jiwa
3)
Topik : melakukan senam
kesegaran bersama
d. Tujuan
aktivitas : klien dapat melakukan gerakan senam untuk menyalurkan energinya.
5.
Fase Kerja
a.
Mengucapkan salam
b.
Leader mengenalkan diri
dan mengenalkan anggota terapis lain
c.
Leader mengatakan
maksut dan tujuan diadakan terapi penyaluranenergi
d.
Leader mengevaluasi
keadaan hari ini
e.
Leader menjelaskan
aturan main
f.
Atur posisi pasien
dalam barisan
g.
Hidupakan kaset
h.
Terapis mulai memutar
musik
i.
Motivasi pasien untuk
mengikuti gerakan senam seperti yang dicontohkan instruktur senam
j.
Leader mencontohkan
gerakan senam pada klien
k.
Membenahi gerakan klien
untuk mengikuti senam seperti yangdicontohkan instruktur senam
l.
Menekankan setiap
gerakan yang sulit dengan kata misal “ee aa”supaya klien terlihat bersemangat
m. Gunakan
gerakan yang mudah ditiru klien
n.
Observer mengevaluasi
kegiatan TAK penyaluran energy
6.
Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Pemimpin
TAK mengeksplorasikan perasan klien setelah
2) mengikuti
TAK
3) Pemimpin
TAK memberikan umpan balik positif kepada klien
4) Pemimpin
TAK meminta klien untuk mencoba melakukan
5) senam
secara teratur setiap hari
6) Pemimpin
TAK memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak
lanjut
1) Menganjurkan
klien melakukan cara senam yang telah
2) dipelajari
untuk melakukan penyaluran energi.
3) Menganjurkan
klien melatih diri sendiri secara mandiri dan
4) teratur
cara senam yang telah dipelajari.
5) Terapis
menganjurkan klien untuk belajar mengendalikan
6) emosinya
dengan melakukan hal – hal positif.
7) Memasukkan
pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak
yang akan datang
1) Waktu
: 08.00
2) Tempat
: ruang jiwa RSUD Dokter SUTOMO
3) Topik
: Mendikusikan tentang bunga
4) Klien
menyepakati kontrak yang akan datang berdasarkanwaktu dan tempat
5) Klien
menyepakati topik yang akan datang (Azizah, 2011).
N. Evaluasi
dan Dokumentasi
1. Evaluasi
a. Evaluasi
proses
1) Klien
terlihat senang
2) Klien
tampak rileks
3) Klien
mengikuti TAK sampai selesai
4) Lider
berperan dengan baik
5) coliader
aktif meningkatkan leader
jika ada yang lupa
6) fasilitator
berperan aktif membantu klien melakukan
7) kegiatan
8) observer
menyampaikan hasil penilaiannya kepada masing-masing klien
b. evaluasi
hasil
1) Evaluasi
di lakukan pada proses TAK berlagsung. Khususnya terhadap kerja. Aspek yang di
evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK
2) Evaluasi
hasil untuk TAK penyaluran energi dengan pasien gangguan perilaku kekerasan,
kemampuan klien yang diharapkan adalah klien mampu menyelaraskan dan menyeimbangkan
emosi dengan melakukan kegiatan positif.
No
|
Aspek yang dimulai
|
Nama klien
|
P1
|
P2
|
P3
|
P4
|
P5
|
P6
|
P7
|
1.
|
Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Memberi respon dengan ikut melakukan senam
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Memberi pendapat tentang kegiatan yang dilakukan
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Menjelaskan perasaan setelah mengikuti senam
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
Petunjuk:
1.
Dibawah judul nama
klien. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK
2.
Untuk tiap klien semua
aspek dinilai dengan memberi tanda cek list jika ditemukan pada klien. Atau
tanda silang jika tidak ditemukan
3.
Jumlah kemampuan yang ditemukan
jika 3 atau 4 klien mampu. Dan jika 0.1 atau 2 klien belum mampu (Ria
Magdelana, 2015:6).
DAFTAR
PUSTAKA
Azizah, L. M.
(2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi praktik klinik. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Kelliat B A.
(2004). Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Magdalena Ria.
(2015). Proposal Terapi Kelompok Penyaluran Energi. Politeknik
Kesehtan
Kemenkes Malang (p. 6). Malang: Scribd.
Komentar
Posting Komentar