BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Tindakan evakuasi adalah hal yang sering dilakukan
oleh masyarakat khususnya bagi tenaga medis atau masyarakat terlatih dalam
tindakan pertolongan pada korban kecelakaan (traumatic maupun non traumatic).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan evauasi adalah tindakan yang
tidak memperparah kondisi korban dan tidak menyebabkan trauma tambahan pada
korban. Ada banyak hal yang masuk dalam kategori tindakan evakuasi, salah satunya
adalah tindakan Log Roll.
Tindakan Log Roll sendiri adalah sebuah teknik yang
digunakan untuk memiringkan klien yang badannya setiap saat dijaga pada posisi
lurus sejajar (seperti sebuah batang kayu). Contohnya untuk klien yang
mengalami cidera spinal. Dengan dilakukannya tindakan ini diharapkan dapat
mengurangi atau menghindari cidera pada korban, khususnya cidera pada daerah
spinal (sepanjang tulang belakang mulai dari leher sampek bokong).
Namun sekarang ini yang terjadi di maasyarakat, jika
menemukan korban kecelakaan khususnya kecelakaan traumatic, orang-orang awam
dengan tidak memperhatikan kondisi pasien, memindahkan korban ke tempat yang
lebih aman tanpa mengetahui prosedur yang seharusnya. Hal itu rawan sekali
mencederai korban. Cidera yang amat sangat dihindari atau dikurangi resiko terjadinya
adalah cidera di daerah spinal, karena pada daerah itu banyak terdapat
saraf-saraf pengatur organ vital seperti paru-paru.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana
konsep evakuasi dan transport klien gawat darurat ?
2. Bagaimana
cara pemindahan darurat ?
3. Bagaimana cara
pemindahan tidak darurat oleh satu orang penolong ?
4. Bagaimana
cara pemindahan tidak darurat oleh dua orang penolong ?
5. Apa
sajakah peralatan pemindahan ?
6. Bagaimana
teknik log roll ?
7. Apakah
tujuan log roll ?
8. Bagaimana
langkah-langkah log roll ?
1.3
Tujuan
1. Agar
pembaca mengetahui konsep evakuasi dan transport klien gawat darurat
2. Agar
pembaca mengetahui cara pemindahan
darurat
3. Agar
pembaca mengetahui cara
pemindahan tidak darurat oleh satu orang penolong
4. Agar
pembaca mengetahui cara pemindahan tidak darurat oleh dua orang penolong
5. Agar
pembaca mengetahui apa sajakah peralatan pemindahan
6. Agar
pembaca mengetahui teknik log rol
7. Agar
pembaca mengetahui apakah tujuan log roll
8. Agar
pembaca mengetahui bagaimana langkah-langkah log roll
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep
Evakuasi Dan Transport Klien Gawat Darurat.
Istilah evakuasi dapat diartikan luas atau sempit,
istilah evakuasi korban diartikan sebagai
upaya memindahkan korban ke pusat pelayanan kesehatan atau tempat rujukan lainnya agar korban mendapatkan
perawatan dan pengobatan lebih lanjut.
Evakuasi korban
merupakan kegiatan memindahkan korban dari lokasi kejadian menuju ke tempat
aman sehinggga akhirnya korban mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih
lanjut. Upaya ini dalam situasi dan
keadaan tertentu sangat penting, misalnya saat evakuasi korban gawat darurat, ketika korban harus mendapatkan perawatan
dan pengobatan di rumah sakit
sehingga evakuasi korban harus dilakukan nsecara cepat dan dan waspada serta diusahakan tidak memperburuk keadaaan
korban atau menambah cidera baru.
1) Syarat
korban untuk dapat dievakuasi
a. Penilaian
awal sudah dilakukan lengkap, dan keaadan umum korban dipantau terus.
b. Denyut
nadi dan napas korban stabil dan dalam batas normal.
c. Perdarahan
yang ada sudah diatasi dan dikendalikan.
d. Patah
tulang yang ada sudah ditangani.
e. Mutlak
tidak ada cidera.
f. Rute
yang dilalui memungkinkan dan tidak membahayakan penolong dan korban.
2) Prinsip
Mengangkat:
a. Jangan
menambah cidera kepada korban.
b. Hindari
pemindahan korban jika tidak stabil.
c. Jangan
membahayakan diri penolong.
d. Jelaskan
apa yang akan anda lakukan kepada korban.
e. Jangan
pernah lakukan sendiri.
f. Satu
komando/aba-aba.
3) Dasar-dasar
pengkatan:
a. Rencanakan
setiap gerakan.
b. Pertahankan
sikap tegak saat berdiri, berlutut maupun duduk, jangan bungkuk.
c. Konsentrasikan
beban pada otot paha, bukan pungung.
d. Gunakan
otot fleksor (otot untuk menekuk, bukan otot untuk meluruskan).
e. Saat
mengangkat dengan tangan, telapak tangan menghadap ke arah depan.
f. Jaga
titik beban sedekat mungkin ke tubuh anda.
g. Gunakan
alat bantu.
h. Jaga
jarak antara kedua lengan dan tungkai adalah selebar bahu.
i.
Terlalu rapat dapat
mengurangi stabilitas.
j.
Terlalu lebar dapat
mengurangi tenaga.
2.2
Pemindahan
darurat
Bahaya yang mungkin terjadi akibat proses pemindahan
adalah memicu terjadinya cidera spinal, yang dapat dikurangi dengan melakukan
gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala dan leher tetap
ekstensi. Pada keadaan yang tidak darurat, pemindahan korban dilakukan apabila
semuanya telah siap dan korban selesai ditangani. Agar cidera korban tidak
tambah parah, tunggu sampai orang yang ahli datang karena penanganan yang
ceroboh dapat memperparah. Misalnya tulang yang patah dapat merobek pembuluh
darah dan menyebabkan perdarahan hebat.
Pilihlah teknik pengangkatan dan pemindahan korban
yang sesuai dengan kondisi cidera, jumlah tenaga penolong, ukuran tubuh korban,
dan rute yang akan dilewati. Penggunaan tubuh penolong dalam melakukan
pengangkatan dan pemindahan korban perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Jangan sampai akibat cara melakukan yang salah cidera atau keadaan korban bertambah
parah, atau bahkan penolong mengalami cidera. Pada korban luka berat atau
terhimpit oleh benda berat atau bangunan, sangat memerlukan resusitasi
secepatnya. Oleh karena itu, dalam mengevakuasi korban, tim penolong harus
memiliki keterampilan melakukan resusitasi sebagai life saving yang dilakukan
bersamaan dengan pembebasan korban dari himpitan benda berat dan membawa korban
ke tempat pelayanan yang telah disiapkan. Khusus pada pembebasan korban yang terisolasi
di suatu tempat reruntuhan harus selalu dibarengi dengan prosedur resusitasi, tetapi
prosedur ini mengalami beberapa kesulitan seperti posisi korban dan ruangan
yang sangat terbatas untuk melakukan manuver oksigenisasi. Oleh karena itu
harus mempunyai keterampilan dan alat khusus untuk membebaskannya.
Selama pembebasan (evakuasi) korban dari himpitan,
tim penolong harus dapat menstabilkan tulang belakang, mengimobilisasi korban
untuk kemungkinan adanya fraktur tulang panjang, mengontrol rasa nyeri, dan
mencegah kematian mendadak akibat hiperkalemia atau hipotermia.
a. Teknik
Menarik Korban
Teknik ini dapat
digunakan untuk memindahkan korban dalam jarak dekat. Pastikan permukaan tanah
cukup rata agar tidak menambah luka.
1) Tarikan
bahu
Cara
ini berbahaya bagi penderita cedera spinal (tulang belakang dari tulang leher
sampai tulang ekor). Posisikan penolong berlutut di atas kepala penderita. risiko
kemeja lepas dan mencekik korban.
2) Tarikan
lengan
Posisikan
tubuh penolong di atas kepala penderita. Kemudian masukkan lengan di bawah
ketiak penderita dan pegang lengan bawah penderita. Selanjutnya silangkan kedua
lengan penderita di depan dada dan tarik penderita menuju tempat aman. Hat-hati
terhadap kaki penderita yang mungkin akan membentur benda di sekitar lokasi
kejadian.
3) Tarikan
dengan selimut (blanket drag)
Tempatkan
bahan tertentu sebagai alas, seperti kain selimut, kardus dsb.
4) Tarikan
dengan merangkak
Tangan
korban diikat dan digantungkan di leher penolong. Cegah kepala korban agar
tidak terseret di tanah dengan menggunakan satu tangan atau menggantungkannya.
5) Tarikan
kain
6) Sampir
pundak
2.3
Pemindahan Tidak Darurat Oleh Satu Orang Penolong
1) Gendong
punggung (piggy back carry)
Untuk korban sadar tetapi tidak dapat
berdiri, dapat dipindahkan dengan mengendong korban di belakang penolong.
Posisi tangan penolong dapat menopang pantat atau pengunci kedua lengan korban.
2) Mengangkat
depan/memapah (craddle carry)
Korban yang sadar tetapi lemas, tidak
dapat berjalan, dan tangan hanya dapat menggantung pasif ke leher penolong,
sebaiknya dipindahkan dengan cara membopong.
2.4
Pemindahan
Tidak Darurat Oleh Dua Orang Penolong
2.5
Peralatan
pemindahan
Tandu beroda
Tandu Lipat
2.6
Teknik
log roll (flip dan strip)
Log roll adalah sebuah teknik yang digunakan untuk
memiringkan klien yang badannya setiap saat dijaga pada posisi lurus sejajar
(seperti sebuah batang kayu). Contohnya untuk klien yang mengalami cidera
spinal. Asuhan yang benar harus dilakukan untuk mencegah cidera tambahan.
Teknik ini membutuhkan 2-5 perawat. Untuk klien yang mengalami cidera servikal,
seorang perawat harus mempertahankan kepala dan leher klien tetap sejajar
(Berman, 2009).
2.7
Tujuan
Log roll
Mempertahankan alignment anatomis yang benar dalam
usaha untuk mencegah kemungkinan cedera neurologis lebih lanjut dan mencegah
penekanan area cedera. Prosedur log
roll diimplementasikan pada tahapan-tahapan manajemen pasien trauma termasuk :
a. Sebagai
bagian dari primary and secondary survey untuk memeriksa tulang belakang klien.
b. Sebagai
bagian dari proses pemindahan dari dan ke tempat tidur (seperti di radiologi).
c. Untuk
pemberian perawatan collar servikal atau area tertekan
d. Memfasilitasi
fisioterapi dada dan lain-lain.
Sedikitnya
empat orang penolong dibutuhkan untuk membantu dalam prosedur log roll dengan
tugas sebagai berikut :
1. Satu
penolong untuk menahan kepala klien
2. Dua
penolong untuk menahan dada, abdomen dan lengan bawah. Tambahan satu orang
mungkin juga akan dibutuhkan pada saat melakukan log roll klien trauma yang
gemuk, tinggi atau memiliki cedera pada lengan bawah.
3. Satu
penolong melakukan prosedur yang dibutuhkan (misalnya pengkajian tulang
belakang klien).
2.8
Langkah-langkah
Log roll
1. Jelaskan
prosedur pada pasien dengan mempertimbangkan status kesadaran klien dan minta
klien untuk tetap berbaring dan menunggu bantuan. Pastikan colar terpasang
dengan benar.
2. Jika
mungkin, pastikan peralatan seperti kateter indwelling, kateter interkosta,
ventilator tube dan lain-lain pada posisinya untuk mencegah overekstensi dan
kemungkian tertarik keluar selama perubahan posisi.
3. Jika
klien diintubasi atau terpasang tracheostomy tube, suction jalan nafas sebelum
log roll dianjurkan, untuk mencegah batuk yang mugkin menyebabkan malalignment
secra anatomis selama prosedur log roll.
4. Tempat
tidur harus diposisikan sesuai tinggi badan penolong yang menahan kepala dna
penolong lainnya.
5. Klien
harus dalam posisi supine dan alignment secara anatomis selama prosedur log
roll.
6. Tangan
proksimal klien harus diaduksi sedikit untuk menghindari berpindah ke peralatan
monitor misalnya selang intravena perifer. Tangan distal klien harus
diekstensikan dengan alignment pada thorak dan abdomen, atau tekuk kearah dada
klien jika mungkin misalnya jika tangan cedera. Satu bantal harus ditepatkan
diantara kaki-kaki klien.
7. Penolong
1, bantu menahan bagian atas badan klien, tempatkan satu tangan melampaui bahu
klien untuk menopang area dada posterior, dan tangan yang lain melingkari paha
klien.
8. Penolong
2, bantu menahan abdomen dan tangan bawah klien, bertumpuk dengan penolong 1
untuk menempatkan satu tangan di bawah punggung klien, dan tangan lainnya
melingkari betis klien.
9. Dengan
aba-aba dari penolong panahan kepala, klien diputar secara alignment anatomis
denga tindakan yang lembut.
10. Penyelesaian
aktivitas, penolong penahan kepala akan memberi aba-aba untuk mengembalikan
klien pada posisi lateral dengan bantal penahan. Klien harus ditingggalkan
dalam posisi alignment anatomis yang benar setiap waktu.
Posisi
Penderita/Korban
Selain masalah pemindahan penderita, hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana mengatur posisi
penderita. Secara umum dapat dikatakan bahwa posisi penderita tergantung dari
cedera yang dialami dan keadaan saat itu. Beberapa pedoman untuk memposisikan
penderita :
1. Penderita
dengan Syok, letakkan dalam posisi syok jika tidak ditemukan tanda-tanda cedera
pada tungkai atas (patah tulang) dan tulang belakang. Tinggikan tungkai sekitar
20-30 cm.
2. Penderita
dengan gangguan pernapasan, posisikan duduk atau setengah duduk. Penderita ini
umumnya ingin berada pada posisi duduk
3. Penderita
dengan nyeri perut, posisikan tidur satu sisi dengan tungkai di tekuk.
4. Penderita
yang muntah-muntah, posisikan nyaman dan awasi jalan napas.
5. Pederita
trauma, teruatam cedera spinal harus segera distabilkan dan immobilisasi dengan
papas spinal panjang.
6. Penderita
tidak ada respon dan tidak ditemukan atau tidak dicurigai ada cedera spinal
atau cedera berat lainnya posisikan miring stabil/pemulihan
7. Posisi
nyaman, bila cedera tidak menganggu
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Evakuasi
korban merupakan kegiatan
memindahkan korban dari lokasi kejadian menuju ke tempat aman sehinggga
akhirnya korban mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih lanjut. Upaya ini dalam situasi dan keadaan
tertentu sangat penting, misalnya saat evakuasi korban gawat darurat, ketika korban harus mendapatkan perawatan
dan pengobatan di rumah sakit
sehingga evakuasi korban harus dilakukan nsecara cepat dan dan waspada serta diusahakan tidak memperburuk keadaaan
korban atau menambah cidera baru.
Log roll adalah sebuah teknik yang digunakan untuk
memiringkan klien yang badannya setiap saat dijaga pada posisi lurus sejajar
(seperti sebuah batang kayu). Contohnya untuk klien yang mengalami cidera
spinal. Asuhan yang benar harus dilakukan untuk mencegah cidera tambahan.
Teknik ini membutuhkan 2-5 perawat. Untuk klien yang mengalami cidera servikal,
seorang perawat harus mempertahankan kepala dan leher klien tetap sejajar (Berman,
2009).
DAFTAR
PUSTAKA
Darwis, Allan, dkk.
2005. Pedoman Pertolongan Pertama. Pusat Palang Merah Indonesia : Jakarta.
Berman, A. et al. 2009.
Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Koizer & Erb, Edisi 5. Jakarta: EGC.
Krisanty P., dkk. (2009).
Asuhan Keperawtan Gawat Darurat. Jakarta: TIM
Komentar
Posting Komentar