Makanan yang harus dihindari pada penderita asam urat

Gambar
Sering merasa nyeri di daerah persendian? Hati-hati mungkin itu merupakan tanda-tanda Anda menderita asam urat. Asam urat merupakan penyakit yang menyerang persendian. Penyakit ini disebabkan oleh uric acid alias asam urat, alias produk yang dihasilkan tubuh ketika memecah purin, yang menumpuk di persendian. Normalnya, asam urat larut dalam darah dan kemudian hilang melalui urin. Tetapi, kadang tubuh menghasilkan asam urat dalam darah, atau ginjal hanya mampu melepaskan asam urat ke dalam urin dalam jumlah sedikit. Akibatnya adalah, asam urat akan menumpuk dan membentuk kristal asam urat pada persendian dan mengelilingi jaringan, menyebabkan nyeri, peradangan, dan bengkak. Asam urat merupakan produk sampingan dari purin. Purin dapat ditemukan di berbagai jenis makanan. Terdapat makanan yang mengandung purin tinggi, dan makanan inilah yang harus dihindari oleh penderita asam urat. Apa saja makanan yang mengandung tinggi purin? Bagi Anda penderita asam urat, jangan coba-

Tindakan Evakuasi dan Tindakan log roll

BAB I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
Tindakan evakuasi adalah hal yang sering dilakukan oleh masyarakat khususnya bagi tenaga medis atau masyarakat terlatih dalam tindakan pertolongan pada korban kecelakaan (traumatic maupun non traumatic). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan evauasi adalah tindakan yang tidak memperparah kondisi korban dan tidak menyebabkan trauma tambahan pada korban. Ada banyak hal yang masuk dalam kategori tindakan evakuasi, salah satunya adalah tindakan Log Roll.
Tindakan Log Roll sendiri adalah sebuah teknik yang digunakan untuk memiringkan klien yang badannya setiap saat dijaga pada posisi lurus sejajar (seperti sebuah batang kayu). Contohnya untuk klien yang mengalami cidera spinal. Dengan dilakukannya tindakan ini diharapkan dapat mengurangi atau menghindari cidera pada korban, khususnya cidera pada daerah spinal (sepanjang tulang belakang mulai dari leher sampek bokong).
Namun sekarang ini yang terjadi di maasyarakat, jika menemukan korban kecelakaan khususnya kecelakaan traumatic, orang-orang awam dengan tidak memperhatikan kondisi pasien, memindahkan korban ke tempat yang lebih aman tanpa mengetahui prosedur yang seharusnya. Hal itu rawan sekali mencederai korban. Cidera yang amat sangat dihindari atau dikurangi resiko terjadinya adalah cidera di daerah spinal, karena pada daerah itu banyak terdapat saraf-saraf pengatur organ vital seperti paru-paru.
1.2  Rumusan masalah
1.      Bagaimana konsep evakuasi dan transport klien gawat darurat ?
2.      Bagaimana cara pemindahan darurat ?
3.      Bagaimana cara pemindahan tidak darurat oleh satu orang penolong ?
4.      Bagaimana cara pemindahan tidak darurat oleh dua orang penolong ?
5.      Apa sajakah peralatan pemindahan ?
6.      Bagaimana teknik log roll ?
7.      Apakah tujuan log roll ?
8.      Bagaimana langkah-langkah log roll ?
1.3        Tujuan
1.      Agar pembaca mengetahui konsep evakuasi dan transport klien gawat darurat
2.      Agar pembaca mengetahui  cara pemindahan darurat
3.      Agar pembaca mengetahui cara pemindahan tidak darurat oleh satu orang penolong
4.      Agar pembaca mengetahui cara pemindahan tidak darurat oleh dua orang penolong
5.      Agar pembaca mengetahui apa sajakah peralatan pemindahan
6.      Agar pembaca mengetahui teknik log rol
7.      Agar pembaca mengetahui apakah tujuan log roll
8.      Agar pembaca mengetahui bagaimana langkah-langkah log roll



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1        Konsep Evakuasi Dan Transport Klien Gawat Darurat.
Istilah evakuasi dapat diartikan luas atau sempit, istilah evakuasi korban diartikan sebagai upaya memindahkan korban ke pusat pelayanan kesehatan atau tempat rujukan lainnya agar korban mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih lanjut.
Evakuasi korban merupakan kegiatan memindahkan korban dari lokasi kejadian menuju ke tempat aman sehinggga akhirnya korban mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih lanjut. Upaya ini dalam situasi dan keadaan tertentu sangat penting, misalnya saat evakuasi korban gawat darurat, ketika korban harus mendapatkan perawatan dan pengobatan di rumah sakit sehingga evakuasi korban harus dilakukan nsecara cepat dan dan waspada serta diusahakan tidak memperburuk keadaaan korban atau menambah cidera baru.
1)      Syarat korban untuk dapat dievakuasi
a.       Penilaian awal sudah dilakukan lengkap, dan keaadan umum korban dipantau terus.
b.      Denyut nadi dan napas korban stabil dan dalam batas normal.
c.       Perdarahan yang ada sudah diatasi dan dikendalikan.
d.      Patah tulang yang ada sudah ditangani.
e.       Mutlak tidak ada cidera.
f.       Rute yang dilalui memungkinkan dan tidak membahayakan penolong dan korban.

2)      Prinsip Mengangkat:
a.       Jangan menambah cidera kepada korban.
b.      Hindari pemindahan korban jika tidak stabil.
c.       Jangan membahayakan diri penolong.
d.      Jelaskan apa yang akan anda lakukan kepada korban.
e.       Jangan pernah lakukan sendiri.
f.       Satu komando/aba-aba.

3)      Dasar-dasar pengkatan:
a.       Rencanakan setiap gerakan.
b.      Pertahankan sikap tegak saat berdiri, berlutut maupun duduk, jangan bungkuk.
c.       Konsentrasikan beban pada otot paha, bukan pungung.
d.      Gunakan otot fleksor (otot untuk menekuk, bukan otot untuk meluruskan).
e.       Saat mengangkat dengan tangan, telapak tangan menghadap ke arah depan.
f.       Jaga titik beban sedekat mungkin ke tubuh anda.
g.      Gunakan alat bantu.
h.      Jaga jarak antara kedua lengan dan tungkai adalah selebar bahu.
i.        Terlalu rapat dapat mengurangi stabilitas.
j.        Terlalu lebar dapat mengurangi tenaga.

2.2  Pemindahan darurat
Bahaya yang mungkin terjadi akibat proses pemindahan adalah memicu terjadinya cidera spinal, yang dapat dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala dan leher tetap ekstensi. Pada keadaan yang tidak darurat, pemindahan korban dilakukan apabila semuanya telah siap dan korban selesai ditangani. Agar cidera korban tidak tambah parah, tunggu sampai orang yang ahli datang karena penanganan yang ceroboh dapat memperparah. Misalnya tulang yang patah dapat merobek pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan hebat.
Pilihlah teknik pengangkatan dan pemindahan korban yang sesuai dengan kondisi cidera, jumlah tenaga penolong, ukuran tubuh korban, dan rute yang akan dilewati. Penggunaan tubuh penolong dalam melakukan pengangkatan dan pemindahan korban perlu mendapatkan perhatian yang serius. Jangan sampai akibat cara melakukan yang salah cidera atau keadaan korban bertambah parah, atau bahkan penolong mengalami cidera. Pada korban luka berat atau terhimpit oleh benda berat atau bangunan, sangat memerlukan resusitasi secepatnya. Oleh karena itu, dalam mengevakuasi korban, tim penolong harus memiliki keterampilan melakukan resusitasi sebagai life saving yang dilakukan bersamaan dengan pembebasan korban dari himpitan benda berat dan membawa korban ke tempat pelayanan yang telah disiapkan. Khusus pada pembebasan korban yang terisolasi di suatu tempat reruntuhan harus selalu dibarengi dengan prosedur resusitasi, tetapi prosedur ini mengalami beberapa kesulitan seperti posisi korban dan ruangan yang sangat terbatas untuk melakukan manuver oksigenisasi. Oleh karena itu harus mempunyai keterampilan dan alat khusus untuk membebaskannya.
Selama pembebasan (evakuasi) korban dari himpitan, tim penolong harus dapat menstabilkan tulang belakang, mengimobilisasi korban untuk kemungkinan adanya fraktur tulang panjang, mengontrol rasa nyeri, dan mencegah kematian mendadak akibat hiperkalemia atau hipotermia.
a.       Teknik Menarik Korban
Teknik ini dapat digunakan untuk memindahkan korban dalam jarak dekat. Pastikan permukaan tanah cukup rata agar tidak menambah luka.
1)      Tarikan bahu
Cara ini berbahaya bagi penderita cedera spinal (tulang belakang dari tulang leher sampai tulang ekor). Posisikan penolong berlutut di atas kepala penderita. risiko kemeja lepas dan mencekik korban.
2)      Tarikan lengan
Posisikan tubuh penolong di atas kepala penderita. Kemudian masukkan lengan di bawah ketiak penderita dan pegang lengan bawah penderita. Selanjutnya silangkan kedua lengan penderita di depan dada dan tarik penderita menuju tempat aman. Hat-hati terhadap kaki penderita yang mungkin akan membentur benda di sekitar lokasi kejadian.
3)      Tarikan dengan selimut (blanket drag)
Tempatkan bahan tertentu sebagai alas, seperti kain selimut, kardus dsb.
4)      Tarikan dengan merangkak
Tangan korban diikat dan digantungkan di leher penolong. Cegah kepala korban agar tidak terseret di tanah dengan menggunakan satu tangan atau menggantungkannya.
5)      Tarikan kain
6)      Sampir pundak
Description: https://endrosambodo1984.files.wordpress.com/2012/03/picture21.png?w=604

2.3  Pemindahan Tidak Darurat Oleh Satu Orang Penolong
1)      Gendong punggung (piggy back carry)
Untuk korban sadar tetapi tidak dapat berdiri, dapat dipindahkan dengan mengendong korban di belakang penolong. Posisi tangan penolong dapat menopang pantat atau pengunci kedua lengan korban.
2)      Mengangkat depan/memapah (craddle carry)
Korban yang sadar tetapi lemas, tidak dapat berjalan, dan tangan hanya dapat menggantung pasif ke leher penolong, sebaiknya dipindahkan dengan cara membopong.
Description: https://endrosambodo1984.files.wordpress.com/2012/03/picture4.png?w=604

2.4  Pemindahan Tidak Darurat Oleh Dua Orang Penolong
Description: https://endrosambodo1984.files.wordpress.com/2012/03/picture6.png

2.5  Peralatan pemindahan
Tandu beroda
Description: Tandu Beroda

Tandu Lipat
Description: Tandu Lipat
Description: Tandu Scoop
Description: Tandu Kursi
Description: Tandu Basket (Keranjang)
Description: Matras Vakum

2.6   Teknik log roll (flip dan strip)
Description: https://endrosambodo1984.files.wordpress.com/2012/03/picture15.png?w=604
Log roll adalah sebuah teknik yang digunakan untuk memiringkan klien yang badannya setiap saat dijaga pada posisi lurus sejajar (seperti sebuah batang kayu). Contohnya untuk klien yang mengalami cidera spinal. Asuhan yang benar harus dilakukan untuk mencegah cidera tambahan. Teknik ini membutuhkan 2-5 perawat. Untuk klien yang mengalami cidera servikal, seorang perawat harus mempertahankan kepala dan leher klien tetap sejajar (Berman, 2009).
2.7  Tujuan Log roll
Mempertahankan alignment anatomis yang benar dalam usaha untuk mencegah kemungkinan cedera neurologis lebih lanjut dan mencegah penekanan area cedera. Prosedur log roll diimplementasikan pada tahapan-tahapan manajemen pasien trauma termasuk :
a.       Sebagai bagian dari primary and secondary survey untuk memeriksa tulang belakang klien.
b.      Sebagai bagian dari proses pemindahan dari dan ke tempat tidur (seperti di radiologi).
c.       Untuk pemberian perawatan collar servikal atau area tertekan
d.      Memfasilitasi fisioterapi dada dan lain-lain.
Sedikitnya empat orang penolong dibutuhkan untuk membantu dalam prosedur log roll dengan tugas sebagai berikut :
1.      Satu penolong untuk menahan kepala klien
2.      Dua penolong untuk menahan dada, abdomen dan lengan bawah. Tambahan satu orang mungkin juga akan dibutuhkan pada saat melakukan log roll klien trauma yang gemuk, tinggi atau memiliki cedera pada lengan bawah.
3.      Satu penolong melakukan prosedur yang dibutuhkan (misalnya pengkajian tulang belakang klien).
2.8  Langkah-langkah Log roll
1.      Jelaskan prosedur pada pasien dengan mempertimbangkan status kesadaran klien dan minta klien untuk tetap berbaring dan menunggu bantuan. Pastikan colar terpasang dengan benar.
2.      Jika mungkin, pastikan peralatan seperti kateter indwelling, kateter interkosta, ventilator tube dan lain-lain pada posisinya untuk mencegah overekstensi dan kemungkian tertarik keluar selama perubahan posisi.
3.      Jika klien diintubasi atau terpasang tracheostomy tube, suction jalan nafas sebelum log roll dianjurkan, untuk mencegah batuk yang mugkin menyebabkan malalignment secra anatomis selama prosedur log roll.
4.      Tempat tidur harus diposisikan sesuai tinggi badan penolong yang menahan kepala dna penolong lainnya.
5.      Klien harus dalam posisi supine dan alignment secara anatomis selama prosedur log roll.
6.      Tangan proksimal klien harus diaduksi sedikit untuk menghindari berpindah ke peralatan monitor misalnya selang intravena perifer. Tangan distal klien harus diekstensikan dengan alignment pada thorak dan abdomen, atau tekuk kearah dada klien jika mungkin misalnya jika tangan cedera. Satu bantal harus ditepatkan diantara kaki-kaki klien.
7.      Penolong 1, bantu menahan bagian atas badan klien, tempatkan satu tangan melampaui bahu klien untuk menopang area dada posterior, dan tangan yang lain melingkari paha klien.
8.      Penolong 2, bantu menahan abdomen dan tangan bawah klien, bertumpuk dengan penolong 1 untuk menempatkan satu tangan di bawah punggung klien, dan tangan lainnya melingkari betis klien.
9.      Dengan aba-aba dari penolong panahan kepala, klien diputar secara alignment anatomis denga tindakan yang lembut.
10.  Penyelesaian aktivitas, penolong penahan kepala akan memberi aba-aba untuk mengembalikan klien pada posisi lateral dengan bantal penahan. Klien harus ditingggalkan dalam posisi alignment anatomis yang benar setiap waktu.
Posisi Penderita/Korban
Selain masalah pemindahan penderita, hal  lain yang perlu mendapat  perhatian adalah bagaimana mengatur posisi penderita. Secara umum dapat dikatakan bahwa posisi penderita tergantung dari cedera yang dialami dan keadaan saat itu. Beberapa pedoman untuk memposisikan penderita :
1.      Penderita dengan Syok, letakkan dalam posisi syok jika tidak ditemukan tanda-tanda cedera pada tungkai atas (patah tulang) dan tulang belakang. Tinggikan tungkai sekitar 20-30 cm.
2.      Penderita dengan gangguan pernapasan, posisikan duduk atau setengah duduk. Penderita ini umumnya ingin berada pada posisi duduk
3.      Penderita dengan nyeri perut, posisikan tidur satu sisi dengan tungkai di tekuk.
4.      Penderita yang muntah-muntah, posisikan nyaman dan awasi jalan napas.
5.      Pederita trauma, teruatam cedera spinal harus segera distabilkan dan immobilisasi dengan papas spinal panjang.
6.      Penderita tidak ada respon dan tidak ditemukan atau tidak dicurigai ada cedera spinal atau cedera berat lainnya posisikan miring stabil/pemulihan
7.      Posisi nyaman, bila cedera tidak menganggu
















BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
 Evakuasi korban merupakan kegiatan memindahkan korban dari lokasi kejadian menuju ke tempat aman sehinggga akhirnya korban mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih lanjut. Upaya ini dalam situasi dan keadaan tertentu sangat penting, misalnya saat evakuasi korban gawat darurat, ketika korban harus mendapatkan perawatan dan pengobatan di rumah sakit sehingga evakuasi korban harus dilakukan nsecara cepat dan dan waspada serta diusahakan tidak memperburuk keadaaan korban atau menambah cidera baru.
Log roll adalah sebuah teknik yang digunakan untuk memiringkan klien yang badannya setiap saat dijaga pada posisi lurus sejajar (seperti sebuah batang kayu). Contohnya untuk klien yang mengalami cidera spinal. Asuhan yang benar harus dilakukan untuk mencegah cidera tambahan. Teknik ini membutuhkan 2-5 perawat. Untuk klien yang mengalami cidera servikal, seorang perawat harus mempertahankan kepala dan leher klien tetap sejajar (Berman, 2009).













DAFTAR  PUSTAKA

Darwis, Allan, dkk. 2005. Pedoman Pertolongan Pertama. Pusat Palang Merah Indonesia : Jakarta.
Berman, A. et al. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Koizer & Erb, Edisi 5. Jakarta: EGC.
Krisanty P., dkk. (2009). Asuhan Keperawtan Gawat Darurat. Jakarta: TIM



Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAK PENYALURAN ENERGI

Manfaat jeruk nipis untuk wajah